Anda perlu tahu, satuan watt yang dipakai untuk mengukur energi listrik
membohongi publik! Satuan pemakaian daya listrik menggunakan watt yang
telah dikenal masyarakat lebih dari 100 tahun, sudah saatnya
ditinggalkan dan digantikan dengan satuan joule
yang dihitung dari konsumsi energi. Bukan saja hitungan watt acapkali
membingungkan, tetapi satuan ini ternyata sudah membohongi publik.
Ketua
Jurusan Mekatronika, Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Mikael,
Krishasmoromurti seperti ditulis di harian Kedaulatan Rakyat, Jumat
(2/10/2009) kemarin menyebutkan, satuan watt tidak pernah memiliki
hitungan pemakaian daya ‘per’, seperti liter air per hari, liter bensin
per kilometer dan sebagainya. Padahal, dalam penggunaan energi,
sebenarnya watt dapat didefinisikan sebagai satu joule per detik, dan ini tidak pernah dipahami, bahkan kalangan insinyur listrik sekalipun.
Memberi
gambaran sederhana saat seminar Renewable Energy di kampus ATMI
Internasional, Rabu (30/9), Murti menyebutkan, ketika orang dihadapkan
pilihan dua kulkas masing-masing disebutkan konsumsi daya listrik 70
watt dan 100 watt, orang akan memilih kulkas dengan daya 70 watt dengan
dalih lebih hemat listrik. Padahal, jika dihitung dengan satuan joule
bisa saja pemakaian daya listrik kulkas yang disebutkan berdaya 70 watt
lebih boros penggunaan energi ketimbang kulkas 100 watt.
Itu bisa
terjadi, karena kulkas berdaya 100 watt mempunyai kompresor yang lebih
efisien dan hanya perlu bekerja 1.000 detik per jam, sedangkan kulkas
berdaya 70 watt menggunakan kompresor yang bekerja 3.000 detik per jam.
“Keterangan
konsumsi energi tersebut tidak pernah disebutkan dalam spesifikasi
produk peralatan elektronik, sehingga konsumen sebenarnya telah ditipu,
karena keterangan daya bukanlah keterangan konsumsi energi,” ungkapnya.
Alat Ukur
Dalam kaitan itu pula, ATMI saat ini tengah mengembangkan alat ukur konsumsi energi dengan menggunakan satuan joule,
sehingga masyarakat dapat mengetahui secara persis seberapa besar
sebenarnya konsumsi energi yang digunakan. Hitungan konsumsi energi
dengan satuan yang lebih tepat, menurutnya sangat diperlukan, karena
terkait dengan krisis energi yang mau tidak mau harus diikuti dengan
penciptaan energi terbarukan.
Demikian halnya Agustinus Joko
Istaji dari Pusat Studi Energi Universitas Atmajaya Yogyakarta,
mengatakan, efisiensi dan konservasi energi saat ini sudah menjadi
tuntutan mutlak. Banyak orang memahami gerakan hemat energi pada porsi
tidak pas. Bahkan tak jarang orang berpandangan, penghematan penggunaan
listrik 50 watt per rumah misalnya, dianggap tak berarti apapun.
Padahal, jika hal itu diakumulasikan pada seluruh pengguna listrik,
nilai penghematan yang diperoleh mencapai miliaran rupiah.
Karenanya
dia menilai, persoalan energi ini tidak sederhana, sebab menyangkut
banyak hal, termasuk perilaku masyarakat. Belum lagi jika bersentuhan
dengan regulasi yang hingga kini tidak pernah jelas.
Terima kasih pencerahannya.
ReplyDelete